Berani Berubah Menghadapi Tantangan 25 Tahun Santa Ursula BSD

berubah-bsdSelayang Pandang Santa Ursula BSD
Bumi Serpong Damai adalah sebuah kota satelit yang dirancang untuk menjadi sebuah kota mandiri, kota yang mampu menyediakan berbagai kebutuhan dan kelengkapan hidup penghuninya. Di daerah inilah, 25 tahun yang lalu para suster Ursulin dari Biara Santa Ursula Jakarta memutuskan untuk membeli rumah bagi guru-gurunya. Saat itu, para suster Ursulin belum berencana untuk membuka sekolah baru. Namun, tawaran dari General Manager PT BSD akhirnya menarik perhatian para suster. Apalagi kondisi sekolah Santa Ursula Jakarta yang mulai berkurang luas lahannya. Akhirnya para suster Ursulin memutuskan untuk membangun sekolah di BSD. Perjuangan untuk mendirikan sekolah baru tentu bukan sesuatu yang mudah. Luas lahan dan dana yang dibutuhkan tidak tersedia begitu saja. Sr. Francesco Marianti, OSU dan para suster Ursulin Komunitas Santa Ursula Jakarta berjuang keras mewujudkan semua rencana tersebut.

Bulan Juli 1990 menjadi bulan yang sangat bersejarah. Hari itulah pertama kalinya sekolah Santa Ursula BSD mulai berkarya. Jumlah murid pertama adalah 19 siswa TK dan 13 siswa SD. Karena gedung sekolah belum berdiri maka kegiatan pembelajaran masih menggunakan rumah contoh yang dipinjamkan dari PT BSD. Bulan Juli 1991, pembangunan tahap pertama telah selesai berupa separuh gedung SD dan TK. Pembangunan terus berlanjut dengan menambahkan gedung SMP – SMA, gedung TB – TK, dan berakhir pada tahun 2004 – 2005 dengan gedung Auditorium. Penambahan dan pembaruan berbagai fasilitas terus dilakukan hingga saat ini. Semua ini di­lakukan untuk semakin meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan, serta keamanan dan kenyamanan bagi setiap anggota komunitas Santa Ursula BSD.

Sekolah Santa Ursula BSD berada di lingkungan yang sangat teduh dan bersih. Inilah yang menjadi ciri khas sekolah. Lingkungan yang hijau menandakan bahwa keserasian dengan alam, menyatu dengan alam menjadi komitmen utama setiap anggota komunitas. Menjaga lingkungan dari kerusakan dilakukan oleh setiap anggota komunitas dengan membuang sampah sesuai tempatnya (plastik, kertas, sampah organik dibuang di tempat sampah yang berbeda-beda), membangun proyek daur ulang air, membuat kompos dan pilah sampah, membuat biopori, dan green action.

Kebersamaan di Santa Ursula BSD
“Hiduplah dalam keserasian, bersatu, sehati sekehendak, terikat satu sama lain dengan cinta kasih, saling menghargai, saling membantu, saling bersabar dalam Yesus Kristus. Bila Anda benar berusaha menghayati hidup seperti ini, tak ragu lagi Allah Tuhan kita tinggal di tengah-tengah Anda” (Nasihat Terakhir Santa Angela : 1-3).
Nasihat terakhir Santa Angela di atas tidaklah hanya menjadi kata-kata indah saja tetapi berusaha diwujudkan dalam komunitas Santa Ursula BSD. Kebersamaan “insieme” menjadi bagian dari hidup keseharian komunitas ini. Kebersamaan ditumbuhkan, dipupuk, dan dikembangkan melalui setiap kegiatan yang terjadi di komunitas. Tidak ada kegiatan yang berjalan sendiri, semua dilakukan dengan bekerja sama antar setiap unit. Tidak ada unit yang menonjol ataupun unit yang lemah. Setiap unit TB/TK, SD, SMP, SMA maju bersama-sama. Tentu bukan hal yang mudah membangun kebersamaan yang harmonis tetapi Sr. Francesco yang menjadi Koordinator Kampus Santa Ursula BSD selalu menekankan dan membangun kebersamaan ini.

Setiap hari Kamis, semua guru dalam setiap unit mengadakan pertemuan dalam unit masing-masing. Bukan masalah nilai atau prestasi akademis yang dibicarakan tetapi hal-hal lain yang membantu setiap anggotanya bertumbuh dan berkembang. Sharing pengalaman pelatihan, baik dari siswa ataupun dari sesama guru menjadi salah satu cara mengembangkan diri. Setiap hari Rabu, anggota tim guru dari semua unit berkumpul untuk mengadakan rapat bersama Sr. Francesco. Di sinilah terjalin kebersamaan untuk bertumbuh dan berkembang sebagai satu komunitas.
Kegiatan yang diadakan secara khusus dalam setiap unit diketahui dan didukung oleh unit yang lain. “Tribute To A.T. Mahmud” sebuah pementasan gerak dan lagu yang digelar oleh siswa TB/TK didukung oleh para petugas siswa dan guru dari unit lain. Sementara kegiatan-kegiatan bersama selalu melibatkan siswa dan guru dari semua unit, misalnya pagelaran orkestra yang dilakukan setiap akhir tahun, pasar amal, pameran pendidikan, pementasan drama musikal, pementasan paduan suara, gerak jalan, dan bakti sosial.

Kebersamaan juga tumbuh pada siswa. Saling membantu dalam kelompok belajar menjadi salah satu cara membangun kebersamaan siswa. Dalam kelompok belajar dengan tutor teman sebaya, siswa membangun semangat kepedulian, saling menghargai, dan kebersamaan. Mereka bersama-sama mewujudkan cita-cita. Bentuk kegiatan lain untuk menumbuhkan kebersamaan adalah kolekte yang diadakan pada hari – hari keagamaan (Natal, Paskah, Idul Fitri, Idul Adha, Waisak), bila ada anggota komunitas yang mengalami musibah, dan juga secara khusus saat kolekte Beasiswa Ursulin. Kebersamaan selalu menjadi semangat yang ditumbuhkan dalam diri setiap anggota komunitas. Dan melalui kebersamaan inilah, kami yakin Tuhan selalu ada di tengah – tengah kami.

Pendidikan di Santa Ursula BSD
Saat ini tantangan masa depan yang dihadapi siswa semakin kompleks. Potensi akademik yang bagus memang penting tetapi belumlah cukup. Masa depan membutuhkan pribadi yang memiliki integritas dan kerja keras. Sesuai dengan visi sekolah “Manusia utuh, cerdas, dan melayani”, sekolah Santa Ursula BSD tidak hanya mengembangkan potensi akademis siswa tetapi mendampingi siswa untuk mengembangkan karakter baik dalam diri mereka. Kegiatan pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler dari TB sampai dengan SMA sesuai dengan kurikulum dari Dinas Pendidikan (Kurikulum Nasional) dengan memperhatikan nilai-nilai humaniora dan karakter setiap siswa yang unik.
Proses pendidikan dilakukan secara utuh dengan memperhatikan aspek kognitif, psikomotor, dan afeksi siswa. Pendidikan dilakukan tidak selalu di dalam kelas. Banyak proses pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan di luar kelas.

berubah-bsd-2Bermain dan belajar mengenal alam merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak – anak, terutama di usia pendidikan TB dan TK. Saat TB/TK adalah waktu yang tepat mengajak anak untuk berinteraksi, bersahabat, dan menjaga alam. Melalui kegiatan ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang keindahan alam tetapi lebih-lebih belajar untuk mengenal Sang Pencipta. Berkebun adalah salah satu proses pembelajaran yang dipilih untuk mengajak anak mencintai alam melalui menanam bibit, merawatnya setiap hari, memanen, dan bahkan mengolah hasil panen tersebut. Melalui kegiatan ini pula, anak belajar bahwa makanan ada melalui sebuah proses yang panjang, anak juga belajar tekun, disiplin, saling menghargai, dan mensyukuri apa yang mereka nikmati. Kegiatan luar kelas lain yang juga dilakukan adalah berjalan-jalan ke tempat yang belum mereka kenal sehingga pengetahuan mereka juga semakin luas.

Karyawisata adalah kegiatan pembelajaran luar kelas yang dilakukan di SD dan SMP. Saat karyawisata, siswa tidak hanya belajar mengenal secara fisik tempat yang dikunjunginya tetapi juga mengenali budaya masyarakat setempat, kekayaan dan potensi daerah yang dikunjungi. Dalam karyawisata, siswa juga belajar bertanggung jawab, disiplin, serta berelasi dengan alam, teman, guru, dan siapa pun yang mereka jumpai. Bahkan siswa SD kelas III belajar tentang IPS dengan berbelanja di pasar tradisional. Mereka belajar tentang proses jual beli dan menghitung uang dengan berbelanja secara langsung di Pasar Modern BSD. Tentu saja selain belajar IPS, siswa juga belajar bertransaksi secara langsung dan berkomunikasi dengan baik. Kegiatan lain yang dilakukan di SMP adalah eksplorasi. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi satu daerah tertentu. Kegiatan dirancang sendiri oleh siswa dengan pendampingan dari wali kelas. Eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan kemandirian, tanggung jawab, dan kerja sama dalam diri siswa. Kegiatan yang menarik ini juga dilakukan oleh siswa SMA. Banyak pengalaman diperoleh melalui kegiatan ini. Baik dalam proses persiapan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan refleksi.

Di jenjang SMA, siswa juga mengikuti banyak kegiatan pembelajaran di luar kelas, yaitu pengembangan fisik dan mental bekerja sama dengan RINDAM JAYA (Resimen Induk Daerah Militer Jakarta Raya), pengembangan kemampuan team building bekerja sama dengan OBI (Outward Bound Indonesia), dan Live In Santa Ursula BSD. Melalui kegiatan-kegiatan di atas, setiap siswa belajar banyak hal di luar pembelajaran akademis yang dijalani sehari-hari.

Selain siswa, guru adalah bagian penting dalam komunitas Santa Ursula BSD. Setiap guru di Santa Ursula BSD harus mampu menjadi role model (panutan-teladan) tidak hanya dalam proses pembelajaran sesuai dengan bidang studi yang diampunya tetapi juga dalam hidup keseharian. Setiap guru harus mampu memotivasi diri dan memberikan yang terbaik, mampu membangun komunikasi yang baik dengan setiap anggota komunitas. Agar mampu menjadi role model maka setiap guru juga harus mau (bersedia) dan mampu mengembangkan diri. Tidak hanya berhenti pada batas tertentu tetapi selalu berani berubah mewujudkan yang terbaik. Sr. Francesco selalu memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan, memberikan banyak pelatihan, mengikuti seminar, dan kesempatan studi lanjut (S1 dan S2). Saat ini sudah ada 30 guru yang telah menyelesaikan studi lanjut S2 dengan berbagai bidang ilmu. Guru-guru yang sudah menyelesaikan studi lanjut S2 tetap harus terus belajar melalui kursus Filsafat yang diadakan setiap hari Sabtu selama 3 jam pertemuan. Kursus diberikan oleh para pengajar yang sangat kompeten dalam bidangnya.

Kesempatan mengembangkan diri juga diberikan melalui ruang evaluasi dan refleksi, baik dalam proses pembelajaran maupun pengembangan kerohanian (retret). Kesempatan selalu memperbarui diri tidak hanya diberikan kepada guru tetapi juga karyawan yang mampu. Bahkan sampai dengan saat ini, setiap guru dan karyawan TU wajib mengikuti kursus bahasa Inggris yang dilakukan satu kali seminggu.
Optimalisasi Pengembangan Proses Pendidikan
“Jika karena perubahan zaman dan keadaan perlu untuk membuat peraturan baru atau untuk merubah sesuatu, lakukan hal itu dengan kebijaksanaan setelah mendengar nasihat yang baik” (Warisan Terakhir Santa Angela : 2)

Sesuai dengan visi dan misi sekolah, Santa Ursula BSD menekankan pentingnya pendidikan karakter bagi siswanya. Pendidikan karakter yang diberikan bukan hanya sekedar teori yang memaparkan pengertian baik dan buruk, jujur dan tidak jujur tetapi yang membiasakan siswa untuk melakukan kebiasaan baik secara terus – menerus. Pada tahun pelajaran 2014-2015 banyak perubahan yang dilakukan oleh Sr. Francesco untuk memberikan kesempatan kepada guru dan siswa mengembangkan karakter dengan lebih maksimal.

“Semangat! … Pagi!, Pemimpin … Saya! Santa Ursula BSD … Great Happens Here!” adalah salam yang selalu terdengar di TB/TK, SD, SMP kelas VII, dan SMA kelas X setiap pagi, pergantian jam pelajaran, dan siang hari. Salam ini diucapkan sebagai bagian dari proses mengembangkan karakter kepemimpinan siswa. Program The Leader In Me di TB/TK dan SD serta Seven Habits di SMP dan SMA mengajak siswa dan guru untuk mengembangkan tujuh kebiasaan baik. Siswa diajak untuk memahami bahwa di dalam dirinya ada jiwa seorang pemimpin. Siswa juga diajak memahami bahwa “Pemimpin bukanlah sebuah kedudukan tetapi sebuah pilihan”. Melalui tujuh kebiasaan yang dilatihkan, mereka diajak untuk menyadari potensi pemimpin yang ada dalam diri mereka dan mengembangkannya. Tiga kebiasaan yang pertama menjadi jalan bagi siswa untuk mewujudkan kemenangan pribadi yaitu menjadi pribadi yang mandiri, berdisiplin tinggi, bertanggung jawab, dan berdaya juang. Tiga kebiasaan yang kedua menjadi sarana kemenangan publik yaitu berelasi dengan orang lain. Ketiga kebiasaan ini melatih mengembangkan kepekaan, penghargaan terhadap orang lain, dan kemampuan bekerja sama. Sedangkan kebiasaan yang terakhir menyeimbangkan kesehatan fisik dan mental yang tercermin dalam cinta lingkungan dan religiositas. Penerapan ketujuh kebiasaan Seven Habits menjadi sarana mempersiapkan diri menjadi seorang leader. Persiapan diri ini juga didukung dengan 10 (sepuluh) nilai yang dikembangkan di Santa Ursula BSD yaitu : kedisiplinan, kerjasama, kemandirian, kejujuran, kepekaan, daya juang, tanggung jawab, penghargaan, cinta lingkungan, dan religiositas. Di jenjang TB/TK dan SD, orangtua siswa diajak untuk terlibat dalam kegiatan Seven Habits melalui Parent Session The Leader In Me.

Dalam Parent Session, siswa melibatkan diri melalui peran yang mereka pilih sendiri yaitu menjadi MC, penerima tamu, penunjuk tempat duduk, dan pembicara. Di jenjang SMP dan SMA, setelah siswa mengikuti pelatihan Seven Habits selama dua hari maka pembahasan dan pembiasaan selanjutnya dilakukan terutama oleh guru wali kelas bersama siswa dalam jam perwalian. Untuk mendukung berlangsungnya tujuh kebiasaan tersebut maka pelatihan Seven Habits juga diberikan kepada seluruh guru dan karyawan TU. Bila sebagian besar anggota komunitas sudah mengikuti pelatihan dan menerapkan isi pelatihan dengan baik tentu diharapkan kebiasaan ini menjadi budaya sekolah.

Di jenjang SMP dan SMA, guru yang menjadi wali kelas hanya mengajar 18 jam pelajaran per minggu. Hal ini untuk memberikan kesempatan bagi wali kelas agar bisa mengenali karakter setiap siswa di kelasnya dan mendampingi mereka mengembangkan karakter yang baik. Wali kelas bertemu dengan siswa yang menjadi tanggung jawabnya tiga kali setiap minggu di jam terakhir pelajaran (Senin, Rabu, Sabtu). Tidak setiap guru dapat menjadi wali kelas karena wali kelas juga harus bisa menjadi role model bagi mereka. Di usia remaja, siswa memerlukan kehadiran orang dewasa yang bisa mendampinginya. Di tangan para wali kelaslah hal ini dipercayakan maka wali kelas tidak mendapatkan banyak jam mengajar.

Pada tahun-tahun sebelumnya siswa SMA mendapatkan banyak pelatihan sesuai dengan jenjangnya tetapi dalam dua tahun terakhir ini Sr. Francesco memandang perlu untuk mengadakan perubahan dengan merancang ulang semua pelatihan yang diberikan. Di tahun ini, siswa kelas XI mengikuti pelatihan Komunikasi Efektif yang dipersiapkan secara khusus oleh tim pelatihan. Pelatihan selama dua hari ini tidak hanya diberikan kepada siswa saja tetapi juga kepada orangtua siswa. Dalam pelatihan tersebut, siswa dan orangtua siswa memperoleh banyak pengetahuan baru tentang keluarga ideal dan cara berkomunikasi yang baik. Bahkan pelatihan ini juga diberikan kepada guru dan karyawan TU. Jika semakin banyak orang tahu cara berkomunikasi efektif pasti komunikasi yang terjalin akan semakin lancar. Dan pasti juga akan melancarkan setiap anggota komunitas dalam menjalankan tugas masing-masing. Sungguh sebuah gagasan yang luar biasa. Terima kasih Sr. Francesco.

Merangkai Kegiatan 25 Tahun Santa Ursula BSD
Tanggal 18 Juli 2015 genap 25 tahun Santa Ursula BSD berkarya. Perayaan ini menjadi saat yang berharga bagi Santa Ursula BSD untuk merayakan tahun yang penuh rahmat ini. Dua puluh lima tahun bukanlah usia muda lagi tetapi usia di mana proses pendewasaan mulai menunjukkan hasilnya. Salah satu bentuk proses pendewasaan ini adalah keberanian untuk berubah, beralih dari situasi nyaman seorang anak kecil ke situasi orang dewasa yang berani menghadapi tantangan, berani mengubah strategi untuk meraih cita-cita dan mewujudkan mimpi. Banyak perubahan telah dilakukan dan pasti akan terus dan selalu dilakukan demi menghadapi masa depan. Dare to Change, tanpa keberanian melakukan perubahan tak akan ada kemajuan berarti yang diraih.

Banyak kegiatan yang dilakukan selama satu tahun, sejak bulan Agustus 2014. Kegiatan 25 tahun Santa Ursula BSD dimulai dengan Pasar Amal pada tanggal 30-31 Agustus 2014 dan akan diakhiri dengan perayaan Ekaristi pada tanggal 8 Agustus 2015. Berbagai kegiatan dilakukan di antara kedua waktu tersebut. Kegiatan seni yang dilakukan adalah pementasan drama musikal “Smash”, pementasan orkestra “Gaia”, pementasan konser paduan suara “Silver Jubilee Joint Concert”, serta pementasan gerak dan lagu TB/TK “Tribute To A.T. Mahmud”. Kegiatan pelayanan kepada peserta didik dilakukan dalam Pameran Pendidikan Santa Ursula dan kepada masyarakat sekitar melalui Bakti Sosial. Santa Ursula BSD juga melibatkan siswa dan keluarga melalui Family Fun Walk yang diadakan dua kali dan Family Cooking. Tak ketinggalan alumni juga akan hadir dalam Reuni Akbar Alumni Santa Ursula BSD yang akan dilakukan bulan Agustus nanti. Semua kegiatan tersebut direncanakan dan dilaksanakan selalu dalam suasana “insieme”

Penutup
Banyak hal sudah dilakukan, banyak prestasi sudah diraih, banyak mimpi telah diwujudkan tetapi bukan berarti saatnya untuk berhenti berpikir, berkreasi, berencana, bermimpi, berubah, dan bertindak. Berhenti pada status quo tidak akan membawa pada kesempatan meraih mimpi yang lebih besar tetapi justru membawa pada kemunduran. Pendidikan tidak akan pernah berhenti selagi masih ada manusia-manusia muda yang membutuhkan orang dewasa untuk mendampinginya menjadi manusia seutuhnya. Santa Ursula BSD adalah bagian dari dunia pendidikan Indonesia yang bertanggung jawab pada kemajuan bangsa. Santa Ursula BSD harus mampu membawa setiap anggota komunitas dan masyarakat sekitar pada kemajuan.

Terima kasih secara khusus kepada Sr. Francesco Marianti, OSU yang tak kenal lelah mendampingi dan mengajak kami maju. Perhatian beliau kepada dunia pendidikan, tenaga-waktu-pikiran-hati yang selalu diberikannya kepada kami, sungguh luar biasa. Totalitasnya kepada dunia pendidikan memberikan kesempatan kepada setiap anggota komunitas Santa Ursula BSD untuk mengembangkan diri dalam aspek intelektual maupun kepribadian. Kami semua sungguh dikembangkan menjadi manusia tangguh, mandiri, berdaya juang tetapi juga memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Terima kasih Sr. Francesco. (MH/ES)

L.M. Sri Sudartanti Purworini & Marcellina Elfiana
Guru St. Ursula BSD

Puncak Acara Hesti Windu, SMA Regina Pacis

hesti-winduTepat 64 tahun yang lalu SMA Regina Pacis didirikan oleh para suster Ursulin dengan tujuan untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia, khususnya yang tinggal di kota batik, Solo. Sebagai perwujudan syukur atas berkat Tuhan untuk karya yang telah berlangsung selama 64 tahun (1951-2015), SMA Regina Pacis menyelenggarakan perayaan Hesti Windu dengan tema “Selalu Bersyukur dan Setia Melayani”.

Acara bertempat di lapangan Regina Pacis dan dihadiri sekitar 1800 orang yang terdiri dari siswa SMP dan SMA Regina Pacis, guru dan karyawan SMP-SMA Regina Pacis, pensiunan guru dan karyawan SMA Regina Pacis, alumni, Kepala SMA sekitar, SMP mitra, dan para biarawan-biarawati.

hesti-windu2Pada acara puncak perayaan Hesti Windu SMA Regina Pacis diselenggarakan Misa Akbar. Misa dipersembahkan oleh Romo Vikep Surakarta yaitu Romo A. Budi Wihandono, Pr. bersama dua romo selebran yaitu Romo Yudho Widiarto, Pr dan Romo Jost Kokoh, Pr. Dalam khotbahnya, Rm. Budi menegaskan bahwa keberhasilan suatu institusi pendidikan dinilai dari kemampuannya untuk mendidik para siswa agar mampu menggerakkan fisik, akal/pikiran, perasaan, dan iman untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi sesama. Beliau menjelaskan bahwa sekolah tidak hanya bertugas menjadikan siswa pandai, tetapi juga menjadikan siswa mau membuka mata dan peduli pada sesama dan lingkungan hidup sekitarnya. Siswa yang memiliki kepedulian akan membantu teman di sekitar saat mereka memerlukan uluran tangan. Misa akbar yang berlangsung meriah disemarakkan oleh paduan suara guru SMA Regina Pacis yang menyanyikan lagu-lagu misa yang bernuansa Jawa.

hesti-windu3Keluarga besar SMA Regina Pacis juga me­nyuguhkan pentas seni untuk melengkapi kemeriahan perayaan Hesti Windu ini. Acara pentas seni menjadi kesempatan untuk menunjukkan talenta yang mereka miliki dalam menari, berteater, bermusik, dan bernyanyi. Suguhan pertama merupakan persembahan para alumni SMA Regina Pacis yang tergabung dalam Paguyuban Sekar Jagad. Mereka menampilkan sajian musik angklung. Sajian berikutnya adalah Tari Gambyong Parianom yang ditarikan 64 siswi SMA Regina Pacis. Tarian ini merupakan tari tradisional yang tujuannya untuk menyambut tamu yang hadir dalam perayaan tersebut. Para penari gambyong dari SMA Regina Pacis mampu menyajikan tarian kolosal ini dengan kompak, luwes, dan anggun. Pentas seni perayaan Hesti Windu ditutup dengan drama musikal yang berjudul Nawang Wulan. Dibawah asuhan guru-guru SMA Regina Pacis sendiri, para siswa berhasil menampilkan drama musikal yang menarik.

hesti-windu4Kolaborasi yang baik antara pemain drama, pemusik, dan penyanyi, membuat penampilan drama musikal ini berjalan dengan lancar. Acara drama musikal yang berhasil memadukan berbagai kekayaan musik tradisional Indonesia seperti kolintang, gamelan, dan angklung, dengan orkhestra dan band sebagai pengiring, mendapat apresiasi yang baik dari para hadirin. Lagu-lagu yang ditampilkan dalam drama tersebut tidak hanya lagu berbahasa Indonesia, tetapi juga ada lagu dolanan Jawa dan lagu populer berbahasa Inggris.

Dengan selalu bersyukur dan setia melayani, SMA Regina Pacis Surakarta berharap dapat terus memainkan perannya sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan siswa secara akademik, tetapi juga mengolah bakat dan talenta yang mereka miliki serta memupuk kecintaan pada tanah air. Dengan demikian diharapkan para siswa dan lulusan SMA Regina Pacis Surakarta menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna bagi sesama.

Dirgahayu SMA Regina Pacis Surakarta, Jayalah Selalu! (TA/LA)

Wahyu-Ika-(3)M.M. Wahyu Utami
Guru SMA Regina Pacis, 
Surakarta

Apapun Rintangannya, Kami Telah Dipilih Tuhan

angelamerici

Santa Angela Merici adalah ibu dan pendiri keluarga Ursulin. Hanya itu yang saya ketahui. Melalui gambar di dinding sekolah, Santa Angela pertama kali menyambut saya di sekolah Santa Theresia. Hari-hari pertama menjadi guru di SMK Santa Theresia memunculkan keraguan, apakah saya pantas berada di tempat ini? Kembali Santa Angela menyapa dengan nasihatnya “Semoga kekuatan dan hiburan Roh Kudus menyertai Anda semua, agar tabah serta teguh dan setia menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepada Anda.” Nasihat itu terbingkai di lorong-lorong kelas. Para guru yang sudah lama bekerja di Santa Theresia mengetahui betul ajaran Angela, banyak cerita yang mereka sampaikan kepada saya. Menyadari bahwa sosok Angela menjadi panutan di Sekolah Ursulin, membuat kami harus belajar dan mendalami sosok Angela.

Sabtu, 8 Agustus 2015, Kampus Santa Theresia memperkenalkan Santa Angela kepada para guru dan karyawan baru. Kampus memberi nama “Angela Session”, kegiatan ini bertujuan agar para guru mengenal, membangun, dan menyebarkan semangat dan kharisma yang dimiliki Santa Angela. Angela Session diberikan dengan begitu bersemangat oleh Sr. Margriet, OSU dan Sr. Theresia Asia, OSU. Selama satu hari kami diajak mengenal Santa Angela. Perkenalan kami dimulai dari sejarah, perjuangan hidup, dan semangat Angela. Kami mendapat buku kecil yang berisi kata-kata Santa Angela. Setiap nasihat yang dikatakannya selalu dapat menyentuh hati kami masing-masing. Santa Angela membuat kami sadar bahwa kami berada di sekolah ini bukan suatu kebetulan.

Angela Session ini sangat berguna bagi kami, guru dan karyawan baru, karena kami disadarkan bahwa setiap tugas, rintangan, perjuangan, karya yang kami lakukan di sini dapat kami jalani dengan semangat Santa Angela. Selain diperkenalkan dengan Angela, kami juga diajak mengenal sejarah sekolah Ursulin. Kami merasa sangat bangga diperkenankan Tuhan untuk berkarya di Santa Theresia.

Sangat singkat perkenalan kami dengan Santa Angela, tetapi semangat itu dapat kami pegang dan menjadi landasan bagi kami, para guru untuk terus berkarya. Apapun rintangannya, kami telah dipilih Tuhan untuk berkarya di tempat ini. “Meskipun sewaktu-waktu mereka menemui kesulitan dan kegelisahan, semua itu akan segera berlalu dan berubah menjadi kesenangan dan kegembiraan” (Nasihat V). (MH/LA)

ibu-AurelAurelia Rani Wijayanti
Guru SMK Santa Theresia

Peringatan 75 tahun Ursulin berkarya di Klaten

klaten-1Pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2015, para suster Ursulin Komunitas Klaten dan segenap warga sekolah Maria Assumpta, yang terdiri dari TK, SD, dan SMP Maria Assumpta, merayakan misa akbar sebagai puncak peringatan 75 tahun Suster Ursulin berkarya di kota Klaten. Misa dipimpin langsung oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta, Pr (alm.). Misa akbar dibawakan dalam bahasa Jawa dimulai pukul 10.00 WIB. Tema peringatan 75 tahun suster Ursulin berkarya di kota Klaten adalah “Sih Dalem Gusti Njangkung Lampah Kawula” (Cinta Tuhan Menyertai Langkah Kita).

Misa dihadiri oleh sekitar 1500 umat, yang terdiri dari para tamu undangan, para guru dan karyawan TK, SD, dan SMP Maria Assumpta (termasuk para guru dan karyawan yang sudah purna tugas), peserta didik beserta orang tua Sekolah Maria Assumpta, warga sekitar, dan para alumni. Misa berlangsung sekitar dua jam, dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah. Dalam acara ramah tamah para peserta didik Sekolah Maria Assumpta menampilkan kebolehannya dalam olah seni dan kreativitas.

klaten-2Sebelum tiba di puncak perayaan 75 tahun Sekolah Maria Assumpta, telah diadakan serangkaian kegiatan. Pada bulan Maret diadakan acara Jalan Sehat yang diikuti oleh sekitar 1200 warga. Awal Juni 2015, guru, karyawan, dan warga sekitar sekolah melakukan aksi donor darah massal. Terakhir, pada tanggal 12 Juni 2015 digelar acara Pentas Seni. Pentas Seni diisi dengan operet persembahan dari peserta didik sekolah Maria Assumpta. Operet tersebut mengisahkan perjalanan Santa Angela sebagai pendiri Kompani Santa Ursula yang menjadi cikal bakal Suster Ursulin. Operet itu juga merupakan refleksi perjalanan Suster Ursulin saat memulai karyanya di kota Klaten. Suster Ursulin pertama kali tiba di Klaten pada tanggal 12 Juli 1940. Saat itu suasana di Klaten penuh dengan kesulitan dan kekacauan akibat perang. Dalam operet juga diceritakan perkembangan karya para suster, terutama di bidang pendidikan. Suster Ursulin mendirikan sekolah yang sampai saat ini masih eksis dan menjadi sekolah favorit di kalangan masyarakat kota Klaten. Tema yang diambil untuk pentas seni adalah “Kluwung Katresnan Dalem” (Pelangi Kasih Tuhan). Acara pentas seni makin meriah dengan kehadiran bintang tamu “Den Baguse Ngarsa”. Ia adalah tokoh dalam acara “Mbangun Desa” di TVRI yang sempat populer di tahun 90-an. (ES/TA)

pak-nunuStephanus Nunu Darmawan, S.Pd.
Guru SMP Maria Assumpta-Klaten

Menelusuri Jejak St. Angela Merici

jejak-Le-Grezze-MericciSenja baru saja meninggalkan semburat jingga ketika kami 82 peserta Napak Tilas Santa Angela Merici yang terdiri dari guru, staff yayasan dan tata usaha, sekolah Santa Ursula Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang tiba di bandara udara internasional Leonardo Da Vinci, Roma, Selasa, 16 Juni 2015.

Di samping perlindungan Tuhan, napak tilas ini dapat terlaksana karena kemurahan hati Yayasan Sancta Ursula BSD, khususnya gagasan dan pendampingan Sr. Franscesco Marianti, OSU selaku Koordinator Kampus Santa Ursula BSD. Dalam perjalanan rohani ini, kami juga didampingi oleh Pastor Ignatius Ismartono SJ.
Napak tilas ini bertujuan untuk menemukan kembali tapak-tapak kehidupan dan karya Santa Angela, sekaligus memaknai kembali spiritualitas St. Angela Merici, pendiri Ordo Santa Ursula. Perjalanan ini juga merupakan rangkaian peringatan 25 tahun berdirinya sekolah Santa Ursula BSD.

Berjumpa Paus
Rabu, 17 Juni 2015, destinasi pertama napak tilas hari ini adalah Vatikan, Roma. Santa Angela pernah datang ke Roma untuk merayakan jubileum dengan para sahabatnya dan melakukan penghormatan pada relikwi para kudus.

Pagi itu kami bersama ribuan umat katolik dari berbagai belahan dunia berkumpul di St. Peter’s Square Vatikan untuk mengikuti Papal Audience dengan Paus Fransiskus. Sungguh pengalaman tak terlupakan, kami dapat berjumpa untuk yang pertama kalinya dengan Paus Fransiskus dari jarak dekat. Dia sungguh memiliki kasih yang amat besar. Secara tulus ia menunjukkan kasihnya dengan menyapa para peziarah, ia mencium anak-anak dan orang cacat yang ikut dalam audiensi tersebut.
Di dalam audiensi, Bapa Suci menyampaikan pentingnya kehidupan rohani yang tertanam kuat dalam keluarga. Keluarga menjadi pilar utama tumbuhnya iman katolik yang mengakar dan mentradisi. Perjumpaan dengan Paus semakin menguatkan kami untuk mengasihi keluarga dan komunitas secara lebih mendalam.

Eropa saat itu mulai memasuki musim panas. Italia makin memesona dengan cahaya matahari yang berlimpah. Kami mulai perjalanan hari Kamis, 18 Juni 2015 dari stasiun kereta di kota La Spezia untuk menuju Cinque Terre (‘Lima Pulau’) dengan keindahan desa tua di pinggir pantai Italia. Kami berkesempatan mengunjungi dua dari lima tempat yaitu Manarola dan Monte Rosso. Cinque Terre telah tercatat oleh UNESCO sebagai situs bersejarah warisan dunia. Meski desa-desa tersebut dibangun di atas batu padas yang keras, tetapi kami dapat merasakan keramahan warganya yang hidup sederhana dengan menjauhkan diri dari modernitas Eropa.

Sore harinya kami tiba di Brescia, sebuah kota di Lombardy yang terletak di antara Milan dan Venezia. Kami mendapat kesempatan istimewa untuk singgah dan bermalam di Compagnia di S. Ursula (CSU), biara tempat St. Angela pernah tinggal dan berkarya terutama menolong mereka yang terpinggirkan. Kami disambut oleh para suster dan awam yang berkarya di CSU. Dengan hangat mereka menyambut kami, seolah kami adalah anak-anak mereka sendiri yang baru saja pulang setelah menempuh perjalanan yang amat jauh.

Salo dan Desenzano
Jumat, 19 Juni 2015, perjalanan kami awali dengan mengunjungi Duomo (Katedral) Salo. Santa Angela merupakan figur yang amat dihormati dan dicintai oleh warga Salo. Kami melihat di dalam Katedral Salo terdapat lukisan karya Moretto yang menggambarkan St. Angela sedang berdoa. Di Salo, Angela pernah tinggal di rumah Biancossi, pamannya. Salo memperkaya kehidupan rohani Angela dan di tempat ini juga dia memutuskan untuk menjadi bagian Ordo Ketiga Fransiskan.

Setelah mengunjungi Salo, kami menyeberangi danau terbesar di Italia yaitu Garda selama kurang lebih 1 jam. Dari kejauhan, kami mencecap panorama pegunungan Alpen yang indah. Dan tibalah kami di Le Grezze Merici. Inilah rumah keluarga Merici yang masih dijaga dengan baik. Di tempat ini Angela lahir dan tinggal sampai usia 18 tahun. Orangtuanya memberikan andil yang besar dalam pembentukan hidup rohani Angela. Benih kasih, iman, dan panggilan Angela bersemi di rumah ini.

jejak-Patung-St-angelaUntuk menghormati St. Angela yang merupakan pelindung kota Desenzano, maka didirikanlah patung St. Angela Peziarah yang dirancang oleh Calegari dari Brescia tahun 1782. Patung ini menggambarkan wanita muda dengan wajah menengadah ke langit, memandang ke surga, dengan tangan kiri menggenggam erat tongkat ziarah dan tangan kanan menyentuh hatinya. Dia siap sedia menyerahkan hidupnya untuk Tuhan.
Setelah mengunjungi patung St.Angela Peziarah, kami berdoa di Duomo di Desenzano. Pada tahun 1874, di dalam katedral ini, dibangun kapel untuk memperingati dan menghormati St. Angela. Masih di Desenzano, kami mengikuti perayaan ekaristi yang dipersembahkan oleh Pastor Ign. Ismartono, SJ, di kapel Mericianum Center. Tempat yang hening ini digunakan sebagai Pusat Spiritual Merici. Dalam homilinya, Pastor Ismartono mengajak kami untuk merenungkan kembali keteguhan hati dan ketabahan hidup St. Angela hingga akhirnya Angela mengabdikan dirinya secara total untuk Tuhan dengan mendampingi para gadis penggenggam masa depan.

Keheningan Santurio
Hari berikutnya, Sabtu, 20 Juni 2015, kami mengikuti perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Ign. Ismartono, SJ di Santurio St. Angela Merici. Tempat bersejarah ini berada tepat di samping Compagnia di S. Ursula (CSU) Brescia. Tempat ini dibangun di atas lokasi pemakaman orang kristen perdana di Brescia. Di dalam homilinya, Pastor Ismartono menyampaikan bahwa justru melalui jalan penderitaan dan kematian orang-orang yang dicintai Angela, Tuhan menempa dan mempersiapkan hidup Angela. Angela berulangkali dibenturkan dengan berbagai kesulitan hidup untuk membentuk pribadinya yang tangguh.

jejak-Relikwi-StSetelah mengikuti ekaristi, kami berdoa di depan relikwi St. Angela tempat jazadnya dibaringkan di dalam peti kristal. St. Angela mengenakan pakaian Ordo Ketiga Fransiskan yang bersahaja, dengan memakai mahkota dan membawa perlengkapan ziarahnya.

Siang harinya kami tiba di Varallo yang juga disebut Jerusalem Baru. Tempat ini dipersembahkan sebagai replika Tanah Suci. Di Varallo inilah terdapat 43 kapel yang menghadirkan peristiwa penting dari Injil. Varallo juga menjadi tempat bersejarah karena sesudah dari Tanah Suci, dua kali St. Angela berziarah ke tempat yang menjulang di atas bukit ini.
Dari Varallo, perjalanan kami lanjutkan ke pusat mode dunia, Milan. Kota ini dipenuhi ribuan pengunjung untuk menikmati gerai-gerai busana bermerek internasional, keindahan gedung-gedung tua, kafe-kafe khas Italia, kehidupan urban yang terus berdenyut, dan tentunya Milan Expo yang mendunia. Kami tidak melewatkan kesempatan berharga untuk sejenak berdoa di Duomo Milano yang begitu besar dan mempesona dengan arsitektur gothic yang indah. Kami merasa amat kecil di bawah pilar-pilar raksasa Katedral Milan.

Minggu, 21 Juni 2015, pagi menjelang siang kami mengikuti perayaan ekaristi dengan bahasa Italia di Basilika St. Antonius Padua. Oleh warga setempat, Basilika ini juga disebut ‘il Santo’. Banyak lukisan tentang Bunda Maria di dalam basilika ini yang menggambarkan devosi St. Antonius Padua yang begitu besar kepada Bunda Maria.
Setelah dari Padua, kami tiba di ‘Kota di Atas Air’ yaitu Venezia. Kota ini juga terkenal sebagai kota pelabuhan terbesar. Venezia penting dalam Napak Tilas St. Angela karena Angela mengawali ziarahnya di tempat ini. Kami mengunjungi Basilika Santo Markus yang oleh warga Venezia didedikasikan bagi Santo Markus Pengarang Injil. Venice Bianalle yang melegenda juga sedang berlangsung, tempat ratusan karya seni kontemporer dunia dipamerkan di kota ini.

Tak lengkap rasanya jika ke Venezia tanpa naik gondola, perahu dayung tradisional Venezia. Dengan gondola, kami menyusuri kanal-kanal kota tua Venezia. Kami merasa dibawa ke masa lalu Venezia yang penuh cerita dan sejarah. Senja menjelang, di bawah monumen Victor Emmanuel II yang menjadi kebanggaan warga Venezia kami berkumpul untuk kembali ke Brescia.

Ciao Italiano
Senin, 22 Juni 2015, setelah sarapan, tiba saatnya bagi kami berpamitan dengan para suster yang berkarya di CSU Brescia. Berat rasanya meninggalkan mereka yang sudah seperti ibu bagi kami. Kami mengucapkan terima kasih untuk segala kebaikan hati mereka selama kami di Brescia.

Di bandara internasional Malpensa, Milan, kami meninggalkan Eropa untuk pulang ke tanah air. Kami membawa pulang kenangan indah akan Italia dan jejak-jejak hidup St. Angela untuk kami lanjutkan dalam peziarahan hidup kami. Setelah mengunjungi, melihat langsung dan menjamah situs-situs bersejarah dalam karya dan pelayanan St. Angela, kami berharap dapat semakin tersemangati oleh spiritualitas St. Angela dalam laku hidup sehari-hari sebagai pendidik dalam mendampingi jiwa-jiwa muda agar menjadi semakin berarti bagi sesama. (MH/TA)

Victor-puguhVictor Puguh Harsanto 
Guru SMA St. Ursula – BSD

Pendidikan Karakter di Sekolah Ursulin

pendidikan-karakter-sanmar1Saya sering mendengar dari beberapa dosen  bahwa anak-anak lulusan sekolah Ursulin memiliki ciri yang khusus. Biasanya mereka lebih disiplin dan sopan.

Sebagai seorang dokter, ayah saya pernah ditempatkan di kota Madiun. Di kota itu saya tinggal hingga lulus sekolah menengah pertama. Kami keluarga Katolik sehingga saya dan adik-adik selalu bersekolah di sekolah Katolik. Saya mengecap pendidikan di sekolah yang dikelola para suster Ursulin sejak SMP yaitu di SMP Santo Bernardus. Tidak banyak yang dapat saya ingat tentang masa sekolah saya, tetapi hal yang sangat berkesan tidak akan terlupakan. Pada saat itu sebagai anak yang beranjak dewasa, saya tidak merasakan sesuatu yang istimewa dari sekolah saya. Saya dan kedua adik perempuan saya bersekolah di Santo Bernardus karena pilihan orang tua. Sekitar tahun 70-an sekolah Ursulin menjadi sekolah favorit. Selama tiga tahun saya dididik dengan nilai-nilai Ursulin. Kepala sekolah saya adalah almarhumah Sr. Chrysostoma, OSU. Kami sekeluarga dekat dengan para suster Ursulin karena ayah saya adalah dokter mereka.

Selain pendidikan akademis di sekolah, para suster Ursulin mengajarkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter di sekolah Ursulin memiliki sesuatu yang khas. Pendidikan karakter ditanamkan melalui berbagai cara. Sikap, kebiasaan, peraturan, dan berbagai kegiatan adalah sarana penanaman karakter. Saya sendiri cukup aktif dalam kegiatan OSIS dan Pramuka. Saat bersekolah saya belum bisa merasakan manfaatnya. Bagi saya dan semua siswa ketatnya peraturan yang ada di sekolah terasa mengekang, namun para Suster dan Guru menyapa kami secara kekeluargaan.

Lulus dari SMP Bernardus, saya melanjutkan ke SMA Santa Maria Surabaya. Sekolah ini juga dikelola oleh para suster Ursulin. Peraturan dan nilai karakter yang diterapkan kurang lebih sama. Sekali lagi bagi kami saat itu suasana yang ada terasa mengekang dan kurang memberi peluang bagi kebebasan kami sebagai remaja.

Saya baru merasakan dan menyadari manfaatnya setelah menjadi alumni dan orang tua. Saat ini saya adalah guru kimia di almamater saya, SMA Santa Maria Surabaya. Sebagai guru tentu saja saya semakin tahu tentang nilai-nilai karakter yang diberikan di sekolah Ursulin selain pelajaran akademis.

Pendidikan nilai yang diterapkan di sekolah Ursulin untuk mendidik siswa menjalani kehidupan dengan cara yang benar. Sejak dahulu, pangsa pasar sekolah Ursulin adalah kebanyakan berasal dari keluarga menengah keatas. Nilai-nilai yang saya ingat semasa saya sekolah adalah kedisiplinan, daya juang, berempati terhadap orang lain. Pencapaian nilai-nilai itu dapat dicapai melalui berbagai kegiatan.

Nilai karakter yang paling melekat dalam kehidupan saya adalah kedisiplinan dan keteraturan. Saat saya kuliah di perguruan tinggi negeri, saya tidak merasakan hasil penanaman disiplin dalam diri saya, tetapi beberapa teman dapat melihat hal tersebut. Hingga saat ini, saya sering mendengar dari beberapa dosen bahwa anak-anak lulusan sekolah Ursulin memiliki ciri yang khusus. Biasanya mereka lebih disiplin dan sopan.

pendidikan-karakterPendidikan karakter tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi harus melalui proses yang panjang. Syukur kepada Tuhan karena orang tua saya memasukkan saya dan adik-adik ke sekolah Ursulin hingga tamat SMA.
Sayangnya jarang orang tua yang menghargai atau mau melihat kelebihan dari sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Dalam setiap pembicaraan tentang pendidikan terutama dengan keluarga menengah keatas, saya sering mendengar orang tua kurang menghargai pendidikan karakter dalam sebuah sekolah. Mereka lebih mementingkan pendidikan akademis. Mereka mengatakan bahwa pelajaran akademis di sekolah Ursulin kalah dengan sekolah Kristen. Mereka juga lebih menyukai sekolah yang memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Mungkin ini kurang benar dan kurang cocok dengan tradisi pendidikan Ursulin, tetapi tetap baik dipakai sebagai pertimbangan karena jaman sudah berubah.

Bila ada orang bertanya kepada saya, “Sekolah mana yang baik?”. Saya menganjurkan kepada mereka untuk mencari sekolah yang memberikan pendidikan seimbang, yaitu sekolah yang memberikan pendidikan yang baik secara akademis dan kuat dalam menanamkan nilai karakter yang baik. Sekolah seperti itu akan memberikan bekal kepada para siswanya untuk menghadapi tantangan jaman. Keutuhan pendidikan yang saya dapatkan dari sekolah Ursulin masih saya rasakan manfaatnya hingga sekarang terutama saat saya mendidik anak-anak saya. (TA/LA)

Ibu-TiniSumartini Hardhyono 
Alumni SMP St. Bernardus, 
Madiun dan SMA St. Maria Surabaya

Mengunjungi dan Merawat Pancasila

garuda1Nilai-nilai dasar Pancasila yang terkandung dari ibu pertiwi digali oleh seorang manusia yang menyejarah dan tidak lahir secara tiba-tiba. Konseptualisasi pemikiran Pancasila yang digali oleh Bung Karno berada dalam suatu titik ketika sang aktor sejarah itu mengalami masa-masa sulit.

Surabaya, Bandung, dan Ende
Pengetahuan politik Bung Karno mulai tumbuh ketika melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah Belanda di HBS (Hoogere Burgerschool) Surabaya. Kota pelabuhan ini menjadi salah satu basis kaum terpelajar dan organisasi kebangsaan sehingga memiliki semangat yang revolusioner. Apa arti penting Surabaya bagi Bung Karno?

panitia-sembilanDalam penuturannya kepada Cindy Adams, penulis otobiografi Bung Karno. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, dikatakan Surabaya adalah dapur nasionalisme. Kota ini memberikan pendidikan politik yang begitu kuat pada Bung Karno remaja. Ia tinggal di rumah salah satu pemimpin terkemuka pergerakan nasional dari Sarekat Islam, Tjokroaminoto. Di Surabaya, ia bertemu dengan pemimpin-pemimpin pergerakan nasional, menjadi anggota gerakan Jong Java, belajar berpidato, dan mengenal Islam (Muhammadiyah) lebih dekat. Bung Karno mengenal sejarah Amerika dan Eropa, Revolusi Prancis, serta alam pemikirannya bertemu dengan tokoh-tokoh besar dunia, seperti George Washington, Abraham Lincoln, Thomas Jefferson, Karl Marx dan Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Prancis (Cindy Adams, 2014, hlm 47).

Setelah menamatkan pendidikan di HBS, Bung Karno melanjutkan studi di THS (Technische Hoge School) Bandung. Bung Karno membentuk klub diskusi dan kemudian mendirikan PNI pada 4 Juli 1927. Di tempat ini, ia pertama kali dipenjara dan sebagai pembelaannya, Bung Karno mengajukan pledoi (pidato pembelaan) yang berjudul Indonesia Menggugat. Pidatonya sangat kritis terhadap kapitalisme dan imperialisme yang membawa kemerosotan ekonomi bagi rakyat di tanah jajahan.

Pengenalan Islam secara mendalam diperoleh ketika ia menjadi tahanan di Sukamiskin, Bandung. Kalau kita telusuri tulisannya dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi, Bung Karno mengkaji tentang Islam dan nasionalisme. Buku ini menjadi sumber primer untuk mengkaji pemikiran Bung Karno muda yang saat itu menjadi mahasiswa THS. Di bagian selatan Kota Bandung dalam usia 20 tahun, sebagaimana ditulis oleh sejarawan Peter Kasenda, Sukarno Muda. Biografi Pemikiran 1926-1933, Bung Karno bertemu dengan petani marhaen. Pengalaman ini memberikan pemahaman dan meningkatkan sensitivitasnya terhadap kehidupan kaum lemah akibat kolonialisme Belanda. (Peter Kasenda, 2010, hlm 49).
Semasa di Bandung, Bung Karno dikenal sebagai orator ulung yang memiliki basis massa hingga ke pelosok. Aktivitas berpolitiknya tentu memiliki risiko dipukul pemerintah Kolonial Belanda yang sangat keras terhadap pergerakan nasional. Terbukti, Bung Karno bersama keluarganya dibuang ke Ende, Nusa Tenggara Timur (1934-1938).

Ketika dibuang ke Ende, sang orator itu dijauhkan dari massa, mimbar bebas, dan partai politik. Ia bagaikan burung yang sayapnya patah, begitu diceritakan Bung Karno kepada Cindy Adams. Dalam kondisi inilah Inggit Ganarsih berperan sebagai ibu, istri, dan sahabat yang setia mendampingi Bung Karno melawan keterasingan, meski keduanya berpisah menjelang pintu kemerdekaan terbuka. Bagi pembaca yang tertarik mengetahui bagaimana perjalanan hidup keduanya, buku Kuantar Ke Gerbang Kemerdekaan, karangan Ramadhan, K. H., menjadi bacaan wajib.
Kondisi sosial-kultural di Ende yang beragam turut memperkuat rintisan konsep membangun sebuah bangsa. Sebagai seorang muslim, ia memiliki pembantu yang beragama Katolik dan berbeda suku. Ia berteman akrab dengan seorang pedagang Tionghoa, tukang jahit, dan para misionaris Katolik sebagai teman dialog yang seimbang secara intelektual.
Di tempat yang jauh, ia menemukan falsafah fundamental bangsa sebagai puncak pemikirannya. Dalam buku Mata Air Keteladanan yang ditulis Yudi Latif, di Ende, Bung Karno mematangkan konsepsi ketuhanan dalam kaitannya dengan nilai-nilai dasar kebangsaan secara lebih mendalam. Suasana keterasingan menciptakan kesadaran religius dan pada titik ini kandungan Pancasila telah menemukan bentuk awalnya (Yudi Latif, 2014, hlm. 30-31).

Konservasi
mencintai-pancasilaPerjalanan sejarah di atas memiliki makna bila kita dengan teliti menemukan benang merahnya. Pendidikan menjadi lingkungan penempaan intelektual dan sekaligus menjadi dapur nasionalisme. Seorang manusia dipersiapkan untuk memasuki dunia berpikir, olah rasa, dan sekaligus memiliki wawasan serta kesadaran kebangsaan. Pembelajaran sejarah sebagai pendidikan humaniora berperan besar untuk menumbuhkan perasaan (emosi) terhadap bangsanya karena sejarah memiliki kisah-kisah yang menggugah dimensi kemanusiaan seseorang. Begitu pula dengan pembelajaran sosiologi, geografi, dan antropologi yang memiliki cakupan materi ke-Indonesiaan, diharapkan pembelajarannya mampu menyentuh wilayah impresi (emosi).
Sebagai lingkungan penempaan intelektual, sekolah diharapkan mampu memberikan kemerdekaan bagi anak didik untuk melahirkan ide dan mengembangkan imajinasi dalam menemukan ke-Indonesiaan. Karlina Supelli, dosen Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Drijarkara menuliskan dalam majalah Basis, “sebuah bangsa yang warganya miskin dalam kemampuan berfikir (abstrak), tidak mungkin memiliki imajinasi yang melampaui batas-batas sempit kepentingan sendiri atau kelompoknya, apalagi menciptakan imajinasi kolektif tentang sebuah negara-bangsa …” (Basis, nomor 05-06, tahun ke-64, 2015, hlm. 21). Ketika Bung Karno di Ende, imajinasinya telah melewati batas-batas ego pribadi menuju impian terbentuknya bangsa-negara atas dasar kebangsaan. Lahirnya simbol negara Garuda Pancasila yang dibuat oleh Sultan Hamid II (Pontianak) juga merupakan hasil imajinasi.

Atas dasar inilah, Kampus Santa Ursula BSD menyelenggarakan pameran Pancasila dengan menampilkan berbagai macam produk dari peserta didik yang menggambarkan setiap sila Pancasila. Diselenggarakan bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-70, Pameran Pancasila disajikan dalam suasana yang reflektif sebagaimana dianjurkan Koordinator Kampus Santa Ursula BSD, Suster Francesco Marianti, OSU.

Cara anak mengunjungi Pancasila bermacam-macam dari yang menonjolkan sisi kreativitas hingga keprihatinan. Salah satunya; Potret “Jejak Pelanggaran Kemanusiaan” diangkat ke permukaan dan disusun secara kronologis dalam produk garis waktu. Idenya, baik anak dan pengunjung terbawa pada suatu ingatan kolektif catatan tragedi kemanusiaan yang bertentangan dengan Pancasila. Pesan yang ingin disampaikan adalah untuk melawan lupa.

Di sinilah peserta didik mengingat tragedi kemanusiaan pasca 1965, mengenal sosok Marsinah, Wiji Thukul, dan Munir. Mereka juga mengenal keteladanan pejuang kemanusiaan Romo Mangunwijaya dan Gus Dur. Beberapa pengunjung mengajukan pertanyaan tentang sosok mereka, meski jawaban yang disampaikan anak didik secara presisi (ketepatan) belum sempurna. Saya mendengar seorang peserta didik SD bertanya pada ibunya, “Wiji Thukul itu siapa….?” Di sinilah pertanyaan menjadi dasar untuk membangun pengetahuan.

Ketika penulis menjadi moderator dengan pembicara Yudi Latif, MA., Ph.D, di Kampus Santa Ursula BSD dalam PPSU 2015, seorang peserta didik bertanya, “Apakah Pancasila mampu menjawab tantangan zaman?”
Bagi saya pribadi, tantangan zaman yang harus dihadapi dengan standar kualitas diri pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah keharusan. Namun, itu belum cukup bila salah satu perangkat yang lebih mengarah pada pembangunan jiwa sebagai manusia Indonesia justru diletakkan di pinggiran. Artinya, nilai-nilai Pancasila itu menjadi pedoman menghadapi gelombang kemajuan zaman agar setiap pribadi memiliki kesadaran sebagai manusia yang Indonesia.

Pancasila dan sejarah negeri ini dititipkan kepada anak-anak muda sebagai calon penggerak dan sekaligus penentu perubahan. Pendidikan secara terselubung menjalankan fungsinya sebagai pertahanan dan pelestarian ideologi. Sekolah menjadi kawasan konservasi mengingat bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur, ekosistem sosial-budaya, dan sejarah yang saat ini mulai dilupakan dan ditinggalkan di tengah gelombang budaya materi.

Tepat kiranya dengan apa yang pernah ditulis Franz Magnis Suseno, bahwa Pancasila harus dikunjungi dan dikaji dalam proses dialogis agar tidak sekedar menjadi pusaka kuno yang tersimpan rapat-rapat di dalam almari. Kita berupaya agar anak merasa gembira dalam belajar memaknai Pancasila karena sejatinya nilai-nilai Pancasila membahagiakan manusia pada 3 hal, yaitu membahagiakan diri sendiri, bangsa, dan kemanusiaan. Semoga. (MH/ES)

ig-bayuIgnatius Bayu Sudibyo
Guru SMA St. Ursula, BSD

Menemukan Roh Guru Katolik di Ursulin

Pemaknaan panggilan sebagai guru itu dapat diyakini bahwa siswa yang belajar di Ursulin adalah orang-orang “lemah”, maka guru Ursulin harus melayani dengan memberdayakan mereka dari “lemah” menjadi “kuat”.

roh-guruDalam pandangan tradisi Gereja Katolik, guru adalah orang-orang yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan sendiri. Bila bukan Tuhan yang mengutus, maka guru pasti “hancur” atau gagal menjadi seorang guru karena tidak punya pegangan yang handal. Guru adalah pribadi yang memiliki kelebihan dan kerapuhan. Pribadi manusia itu sangat indah. Setiap orang lahir dengan segala talenta yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Namun, ada juga keringkihan, penderitaan, rasa sakit. Kita pun bisa tersentuh dengan bersikap: simpatik, hangat, lemah lembut, melindungi. Namun, di balik semua itu, kita belajar dari Yesus Kristus yang diutus Bapa untuk menjelma menjadi manusia dengan mengambil kerapuhan kita. Ia menjadi manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa. Artinya, Ia masuk dalam kemanusiaan kita.

Guru yang berkarya di sekolah-sekolah yang dikelola oleh para suster Ursulin sudah seharusnya belajar dari spiritualitas Santa Angela Merici, pendiri Ordo Ursulin. Ada keprihatinan dengan kepribadian guru-guru pada zaman sekarang. Guru-guru sekarang banyak yang berorientasi pada harta/uang sehingga panggilan menjadi guru mulai “kabur”. Agar tidak jatuh dalam godaan seperti itu, maka guru perlu belajar dari model pelayanan Santa Angela Merici yang mulai berkarya dari nol. Santa Angela melakukan pemberdayaan bagi kaumnya (kaum perempuan) yang dianggap lemah dan terbelakang menjadi pribadi yang mandiri dan berguna bagi Tuhan dan sesama. Usahanya mulai dari nol, dengan mengumpulkan kaum wanita satu demi satu dari rumah ke rumah. Itulah spiritualitas Santa Angela, memberdayakan “kaum lemah”. Maka, guru di Ursulin pun harus terpanggil dengan semangat spiritualitas memberdayakan yang “lemah” yang didukung oleh motivasi semangat melayani (Serviam).

Kalau biasanya kita mendengar bahwa berkarya di Ursulin sebagai guru bukan sekedar profesi tapi harus dilihat sebagai suatu panggilan, maka panggilan itu harus dimaknai bagaimana? Pemaknaan panggilan sebagai guru itu dapat diyakini bahwa siswa yang belajar di Ursulin adalah orang-orang “lemah”, maka guru Ursulin harus melayani dengan memberdayakan mereka dari “lemah” menjadi “kuat”. Inilah kunci pemaknaan panggilan sebagai guru. Melalui hal tersebut, spiritualitas Santa Angela yang mau memberdayakan orang-orang “lemah” semakin menjadi aktual dalam karya para guru di Ursulin Solo. Spiritualitas guru bukan karena dapat uang atau gaji tetapi karena guru ingin melayani dan anak-anak menjadi mandiri dan memiliki pribadi yang baik.

Perlu juga disadari bahwa panggilan menjadi guru tentu karena hikmat dari Allah. Bila tidak disadari bahwa karya guru mendapat hikmat dari Allah maka guru akan bekerja seperti ‘calo’, yang hanya berteriak-teriak mencari penumpang tapi dia sendiri tidak ikut naik bus. Kehidupan yang baik adalah menunjukkan “surga” bagi orang lain dan guru pun akan ikut ke sana. Guru melayani anak karena panggilan yang mendapat hikmat dari Tuhan. Cara hidup guru harus baik karena menjadi ukuran untuk orang lain. Guru yang baik mulai dari diri sendiri. Panggilan untuk mengajar di sekolah dasar sampai menengah adalah panggilan untuk memberi teladan. Siswa belajar bukan karena tertarik kepada pelajaran tapi pertama-tama kepada gurunya. Maka, guru memang harus menjadi teladan. Lain bila di Perguruan Tinggi, memang mahasiswa pertama-tama fokus ke pelajarannya, bukan dosen. Jadi, panggilan sebagai seorang guru di Ursulin pada dasarnya juga adalah panggilan untuk memberi teladan bagi anak-anak didik sehingga seorang siswa dapat berkata: “Saya melihat Santa Angela dalam pribadi guruku”!

angelaSelain itu, panggilan guru di sekolah menengah adalah panggilan menjadi “suci”. Guru harus suci seperti Santa Angela Merici yang berani melawan arus dan mengumpulkan kaum wanita pada zamannya untuk diberdayakan menjadi kaum yang terpandang dan mampu berperan dalam kehidupan. Maka, setiap guru dipanggil juga seperti Santa Angela yang mau berani hidup “suci” dengan memberdayakan para siswa dari “tidak bisa” menjadi “bisa” dan dari “baik” menjadi “lebih baik”.
Seperti Santa Angela berbuat tugas “kesucian”, yaitu mengumpulkan kaum wanita yang menjadi korban kekerasan pada zamannya. Menemukan roh guru Katolik yang mau melayani memang selalu menantang setiap pribadi guru dalam masa depan. Apalagi, sebagai sekolah Katolik, kekhasan pendidikan iman harus nampak dalam diri para guru. Mengajar hal yang berhubungan dengan iman bukan milik guru agama saja tetapi semua guru yang ada di sekolah Katolik. Walau tantangan pada zaman sekarang sangat besar, yakni Roh Guru sebagai pendidik zaman sekarang banyak yang sudah mulai hilang, tetapi guru di Ursulin harus berjuang agar memiliki “kesucian” sehingga siswa melihat guru bercahaya dalam tutur kata dan perilaku di mana pun guru berada, di sekolah, di gereja atau di rumah.

Untuk mendukung semua itu, maka guru dituntut selalu tersenyum, menghadirkan suasana nyaman di sekolah, menjadi pribadi yang mempesona, dapat menghibur, mempercayai diri sendiri, dan siap mendengarkan. Keuntungan berkarya di sekolah Katolik adalah adanya rasa kekeluargaan yang mendalam. Kekeluargaan tidak hanya antara guru tapi juga antara guru dan siswa. Rasa kekeluargaan ini membuat adanya kekuatan cinta di dalamnya. Adanya rasa berbagi yang tidak pertama-tama soal harta tapi soal hati. Seorang guru Katolik juga harus bersandar pada makna salib Kristus. Peristiwa kebangkitan melewati proses perjuangan. Jadi, tidak langsung bangkit tapi ada proses perjuangan dalam perjuangan salib.

Menemukan roh guru Katolik di Ursulin berarti guru sebagai manusia dapat mengambil bagian di dalam pekerjaan Tuhan. Artinya, kita sebagai guru pun masuk dalam karya kreatif Allah. Kita dipanggil sebagai pelayan (Markus 1: 42-44). Santo Paulus hidup dan berjuang dalam pelayanannya sampai mati (Roma 15:8). Angela Merici memberdayakan kaumnya agar ‘keluar’ dari masa gelap, memberikan diri tanpa pamrih. Itulah makna pelayanan panggilan sebagai guru yang berarti memiliki tanggung jawab sosial yakni bekerja untuk orang lain dan bukan untuk diri sendiri. Itulah Roh yang harus kita tangkap!

Semoga dalam setiap karya di Ursulin, para guru juga selalu melakukan suatu usaha looking back, yakni refleksi karya di sekolah atas segala peristiwa masa lalu, dengan menilai jalan positif (hal-hal yang baik) dan negatif (hal-hal yang buruk). Penilaian itu tentu berdasarkan waktu sekarang, berdasarkan kacamata relasi kita dengan Allah. Dari penilaian itu kita dapat membuat rencana untuk masa depan. Semoga pengalaman suka-duka berkarya sebagai seorang guru semakin mengantar guru Ursulin untuk semakin pula mewujudkan konsep cinta untuk orang lain, bersedia untuk berkorban dan membuat orang lain menjadi bahagia. Yesus mati disalib itu karena cinta dan Ia mau berkorban. Dunia ini ada ‘menderita’nya, maka menderita itu juga bagian dari kehidupan guru. Akan tetapi, penderitaan itu tidak boleh berhenti pada peristiwa salib saja tapi selalu menuju harapan akan kebangkitan. Gratias! (ES/MH)

Elias-AnwarElias Anwar 
Guru SMA Regina Pacis Surakarta

Menuju Institusi Pendidikan Sosiopreneur yang Cerdas, Mandiri dan Penuh Kasih

Upacara-Se-Kampus-Santa-MariaSasaran jangka panjang Kampus Santa Maria Jakarta untuk tahun 2015 sampai 2020 adalah “Menjadi Institusi Pendidikan Sosiopreneur yang Cerdas, Mandiri, Penuh Kasih.”

Pengertian sederhana dari Sosiopreneur atau Sosial Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship-nya untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama di bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare; Santosa, 2007). Seorang sosiopreneur harus memiliki kepribadian yang komunikatif, berdaya juang tinggi, mandiri, inovatif, memiliki kepekaan sosial, peduli, dan memiliki empati yang tinggi terhadap kebutuhan masyarakat. Seorang sosiopreneur tidak hanya memikirkan aspek keuntungan semata, tapi juga cara agar usahanya dapat membawa manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Mengapa Kampus Santa Maria memilih Sosiopreneur?
Sekolah Santa Maria seringkali mengadakan kegiatan bersama yang melibatkan semua satuan pendidikan yang ada. Semua satuan pendidikan selalu saling membantu di dalam menampilkan berbagai acara bersama. Saat menyelenggarakan kegiatan bersama, berupa pentas seni, bazar, dan perlombaan yang diadakan secara periodik setiap tahun, Sekolah Santa Maria selalu memperhatikan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Kemampuan berkomunikasi secara kreatif sangat dibutuhkan agar kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh seluruh anggota komunitas Santa Maria dan agar dapat diketahui masyarakat luas.

Hal-hal tersebut di atas menjadi bahan pertimbangan bagi Kampus Santa Maria untuk menentukan sasaran jangka panjangnya. Seorang sosiopreneur membutuhkan ketrampilan berkomunikasi yang baik. Kemampuan berkomunikasi akan mendukung perannya sebagai agen perubahan yang dapat dipercaya oleh pihak lain. Seorang sosiopreneur harus menjadi  pembawa semangat sekaligus pemilik jiwa sosial. Ia akan mengedukasi anggota masyarakat tentang pentingnya berkarya dan berkontribusi untuk kepentingan orang banyak. Semuanya dapat dilakukan dengan ketrampilan berkomunikasi baik secara langsung ataupun melalui media sosial.

sosiopreneur-panen-kangkungDalam rangka mempersiapkan diri menuju Institusi Pendidikan Sosiopreneur yang Cerdas, Mandiri, Penuh Kasih pada tahun ajaran 2015 – 2016, SD Santa Maria mulai merintis dan mengembangkan beberapa program. Salah satu program bidang komunikasi di SD Santa Maria adalah dengan membuat Newsletter. Newsletter SD Santa Maria diberi nama “Camar” yang merupakan singkatan dari Cerita Anak SanMar. Melalui Newsletter “Camar” anak-anak diajak untuk mensosialisasikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di SD Santa Maria. Tim redaksi yang terdiri dari siswa-siswi kelas 5 dan 6 bergantian mengisi artikel dalam Newsletter Camar. Dengan Newsletter ini siswa-siswi belajar untuk mengkomunikasikan berbagai hal dalam bentuk tulisan. Kegiatan menulis membuat tim redaksi belajar untuk menceritakan pengalaman mereka dan sekaligus menyampaikan informasi tentang kasih serta kepedulian terhadap mahluk hidup serta lingkungan alam sekitar yang mendasari kegiatan yang mereka lakukan. Selain dalam bentuk Newsletter, Camar juga diterbitkan sebagai majalah setiap akhir semester. Camar menjadi salah satu sarana bagi siswa SD Santa Maria untuk berlatih menjadi seorang sosiopreneur yaitu: bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain yang ikut terinspirasi lewat tulisan yang disajikan.

sosiopreneur-kebun-kangkungSelain memberikan latihan dasar komunikasi secara lisan maupun tulisan pada anak-anak, SD Santa Maria juga mengajak anak-anak untuk menanam sayur di “Kebun Kecil Kita” yang terletak di halaman SD Santa Maria. Tujuan belajar menanam sayur adalah memberi bekal kepada peserta didik untuk hidup sehat dengan menanam secara organik tanpa bahan kimia. Di harapkan anak-anak dapat menularkan ketrampilan menanam dalam pot untuk memanfaatkan halaman sempit dan gaya hidup sehat. Ketrampilan ini membentuk peserta didik sebagai sosiopreneur di lingkungan tempat tinggalnya.

SD Santa Maria menyelenggarakan Kompetisi Matematika dan Bahasa Inggris pada akhir Maret 2015 dengan tujuan agar dapat membantu anak-anak mengembangkan talenta dalam bidang Matematika dan Bahasa Inggris. Kompetisi ini melatih anak-anak untuk memiliki daya juang, sportivitas, kejujuran dan percaya diri. Kemampuan berkomunikasipun dikembangkan dalam babak cerdas cermat matematika serta Story Telling dan Rhyme Reading Bahasa Inggris. Selain untuk peserta didik, jiwa sosiopreneur juga dikembangkan dikalangan para guru dan karyawan yang menjadi panitia penyelenggara pada kompetisi ini. Kegiatan ini memberi keuntungan bagi penyelenggara maupun peserta lomba yang datang dari berbagai sekolah, ini termasuk langkah untuk menjadi sosiopreneur.
Kepekaan dan kepedulian siswa-siswi SD Santa Maria di asah melalui kegiatan sosial. Salah satu diantaranya dalam perayaan paskah tanggal 8 April 2015, mereka mengundang para tuna netra dari Yayasan Laetitia. Mereka juga mengadakan aksi mengumpulkan alat mandi dan makanan kering untuk diberikan kepada para suster lanjut usia serta orang-orang kecil di sekitar sekolah yang membutuhkan. Perhatian, kepedulian dan tanda kasih sebagai wujud “Tiada Syukur Tanpa Peduli” dengan berbagi pada para tuna netra, para lanjut usia dan orang kecil serta diakhiri dengan acara makan bersama adalah salah satu langkah nyata menjadi seorang sosiopreneur juga.

Itulah beberapa program yang dibuat SD Santa Maria untuk memulai merintis sasaran jangka panjang Kampus Santa Maria. Membuat suatu perubahan bukanlah hal yang mudah, namun dengan kerja sama yang baik dan dukungan dari semua pihak yang terlibat, kita harus yakin bahwa perlahan namun pasti kita akan mengarah ke masa depan yang lebih baik. Bekal yang diberikan dari yayasan dan semangat Santa Angela menjadi motivasi Kampus Santa Maria untuk berani melangkah bersama. Serviam! (ES/TA/LA)

maria-lewukMaria Lewuk
Guru SD St Maria, Jakarta

To Be Excellent Chef, Fashion Designer and Multimedia Designer

SMKSMK Santa Maria sebentar lagi akan memasuki usia 45 tahun tepatnya di Januari 2016. Di usia “matang” dalam kiprahnya di dunia pendidikan SMK telah mencerdaskan anak bangsa di bidang keahlian Kejuruan khususnya Program Keahlian: Tata Boga , dan Tata Busana. SMK Santa Maria selalu bergerak untuk mengembangkan sekolah sesuai perkembangan zaman dan kebutuhan dunia kerja maka 2 tahun yang lalu dibuka program Multimedia. Tiga program Keahlian yaitu Tata Boga, Tata Busana dan Multimedia memiliki jumlah murid total 330 orang.

Di dalam Kurikulum 2013 tercantum tujuan SMK adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi oleh SMK adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Ini merupakan tantangan Internal.

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Dengan mengacu pengembangan Kurikulum 2013 tersebut selama 3 tahun para murid akan dididik dan dibekali untuk mendapatkan mata pelajaran teori dan praktik kejuruan. Untuk mata pelajaran teori hampir sama dengan yang diberikan di SMA.

Kompetensi Dasar Kejuruan dan kompetensi Kejuruan, secara singkatnya mata pelajaran kejuruan yang akan diperoleh murid yaitu:

to-be-1Untuk Tata Boga: Sanitasi & Hygiene, Pelayanan Prima, Ilmu Gizi, Teori Pengelolaan Usaha Boga, Pengetahuan Resep Masakan Indonesia dan Kontinental, Pengolahan Makanan Indonesia, Pengolahan Makanan Kontinental, Pelayanan Makan dan Minum, Pengelolaan Usaha Boga, Pengolahan dan Penyajian Hidangan Khusus

busanaUntuk Tata Busana: K3LH, Pelayanan prima, Pengenalan piranti jahit, Disain Busana, Pola Busana Anak, Pola Busana Wanita, Pola Busana Pria, Menjahit Busana, Menghias Busana, Penataan Busana, Peragaan Busana.
Untuk Multimedia antara lain, Desain Grafis, Fotografi, Animasi 2 dimensi, Animasi 3 Dimensi, Merakit PC, Web Desain, Menyusun Proposal Penawaran, Teknik pengambilan gambar produksi, Instalasi Sistem Operasi Dasar.

Dari seluruh mata pelajaran itulah, nantinya para murid dituntut dapat menerapkannya di Dunia Usaha/Dunia Industri, ketika mereka melaksanakan program Prakerin selama 6 bulan di Hotel bagi para murid Tata Boga, untuk murid Busana akan melaksanakan program Prakerin selama 4 bulan di Bridal, Taylor, Garment atau di perusahaan / kantor penerbit Majalah Wanita. Sedangkan untuk Multimedia, mereka akan mengikuti program Prakerin selama 4 bulan di perusahaan Penerbit Majalah/Koran/ Percetakan/Production House yang bergerak di bidang Multimedia.

to-be-3Mendidik & membimbing murid di sekolah kejuruan mempunyai keunikan tersendiri, karena anak-anak memasuki dunia belajar yang sangat berbeda selepas dari SMP, mereka dituntut harus mampu dan menguasai mata pelajaran teori dan praktik. Kesabaran seorang guru praktik benar-benar diuji, agar para murid tersebut menjadi bisa dan biasa dalam melakukan pekerjaan awal yang sebelumnya tidak pernah mereka sentuh, contoh murid Tata Busana harus dapat: membersihkan mesin jahit, memasukkan benang, memasang sekoci, menggenjot mesin jahit manual. Meskipun di sekolah kami ada mesin jahit high speed, tetapi para guru busana mengajarkan mulai cara menjahit dengan manual/digenjot, kemudian dengan dinamo, dan dengan mesin jahit high speed, agar mereka terampil maka diperlukan ketelatenan dan ketelitian dalam menggunan mesin jahit tersebut. Tidak heran jika mereka tidak hati-hati, yang terjadi malah jari mereka yang terjahit.

Untuk murid Tata Boga akan diajarkan mengenali macam-macam bahan, mulai sayuran, bumbu, daging, mengupas bumbu/sayur/buah, jenis potongan sayur, potongan daging/unggas/ikan, metode memasak. Mengenal dan membedakan bumbu-bumbu segar, kering dari aroma yang dikeluarkan, kemudian mengolah hingga menyajikan serta melayani tamu. Di awal tahun ajaran baru para murid kelas 10 harus belajar menyesuaikan diri dengan ruang belajar karena ketika teori mereka belajar di ruang ber AC dan ketika praktik mereka hanya dengan ventilasi dan kipas angin. Teras seperti mandi sauna, itu kata mereka. Mereka mulai dengan belajar mengupas, menyalakan kompor, menghaluskan dengan cobek, mengiris, menumis dan menggoreng yang paling dasar seperti menggoreng krupuk, tahu, tempe, dan telur dengan benar, membuat kaldu, dan lain sebagainya. Murid Tata Boga jika di dapur tidak hati-hati pun bisa terkena letusan makanan yang digoreng atau tangan kena panas dari alat masak. Pengetahuan dan keterampilan yang sudah diberikan itu, pada akhirnya mereka akan dapat mengolah hidangan, mulai dari hidangan pembuka, soup, hidangan utama dan hidangan penutup yang enak serta mempresentasikannya dengan menarik di atas alat saji. Jika kita melewati lingkungan SMK di jam 10.30–11.30 tercium harumnya roti, cake, dan gurihnya, aroma rendang, kare, ayam bakar terasa menendang hidung dan perut yang kosong.

Ketika para murid praktik memasak dan pelayanan tak jarang murid multimedia menjadikan hasil produk murid boga sebagai obyek pemotretan atau gambar video. Mereka juga turut mencicipi masakan yang telah difoto…hhmm yummi! Sebuah kerjasama yang bagus. Mereka sangat akrab dan kekeluargaan, saling menghargai satu sama lain menyatu dalam satu keluarga Kampus Santa Maria. Murid Tata Boga ketika praktik pelayanan berusaha selalu memperhatikan 5 S: Sapa, Salam, Senyum, Sopan dan Santun: “Selamat Siang…Selamat datang di restoran kami…Ada yang bisa kami bantu?”, meskipun kadang yang datang teman Multimedia sendiri yang akan mengambil gambar mereka..
Beruntung ada kantin SMK Santa Maria yang dikelola oleh para murid dan didampingi oleh para guru produktif Tata Boga. Kantin itu menjadi tempat latihan langsung bagi murid untuk menyiapkan, mengolah, menyajikan, menjual dan melayani. Maka murid dituntut harus kerja cepat, tepat, bersih, cekatan dengan tetap memperhatikan keselamatan kerja dan melayani tamu/pembeli dengan ramah. Di SMK Santa Maria sarana belajar untuk praktik sudah 80% terpenuhi, kalaupun masih ada kekurangannya secara bertahap akan dilengkapi agar murid menjadi lebih makin terampil.

Bagaimana suasana ketika murid belajar praktik? Masing-masing memiliki kekhasan di antaranya :

Murid Busana pada umumnya murid yang tekun dan lebih serius dalam mengerjakan tugas.Jika Anda memasuki ruang praktik Busana ketika mereka sedang menjahit pasti sunyi. Hanya suara mesin saja yang terdengar. Sedangkan murid Boga lebih aktif dan dinamis karena tuntutan produk yang dihasilkan pun berbeda.

Demikian halnya murid Boga, setiap hari disibukan dengan praktik pengolahan dan pelayanan baik untuk pelajaran maupun menerima pesanan dari luar atau untuk kantin sekolah yang harus mereka jaga, dan menjual produk yang telah dibuatnya.

Dalam bulan November akan dibuka Unit Produksi SMK Santa Maria untuk umum, tempatnya di gedung samping SMK, yaitu Gedung P3U. Masing-masing program akan mempunyai Ruang unit Produksinya. Bagian produksi ini akan menerima pesanan desain busana, menjahit busana, membuat pin, mencetak gambar di gelas/mug, mencetak gambar di kaos, mencetak kartu nama dan lain-lain.

Di akhir kelas XII para murid Boga akan menampilkan karya Boga untuk dipamerkan dan dijual ketika Uji Kompetensi Keahlian, sedangkan para murid Busana akan memamerkan hasil karya terbaik busana selama 3 tahun dan mengadakan Pagelaran Busana. Multimedia pun akan mengadakan pameran foto dan membuat proyek karya Multimedia.
Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, para murid SMK Santa Maria yang telah lulus sebagian besar yang merasa belum cukup melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Program studi yang diambil antara lain, Akomodasi Perhotelan, Akuntansi, Administrasi Niaga, Desain Busana, DKV (Desain Komunikasi Visual), Cooking, Pastry, Ekonomi dan Bisnis Manajemen, Ilmu Gizi.

Dengan adanya perubahan pandangan di era sekarang, lulusan Santa Maria cukup banyak dicari di dunia usaha dan industry sehingga masuk SMK bukan hanya untuk bekerja melainkan pilihan di tingkat menengah yang juga dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Semoga dengan motto “Excellent Chef and Fashion Designer, Multimedia Designer, Cerdas, Mandiri , Penuh Kasih dan Sociopreneur” yang sering di buat yel-yel oleh murid-murid, tantangan internal dan eksternal di SMK Santa Maria dapat teratasi. (LA/TA/ES)

bu-purnami-circleSri Purnami 
Guru SMK St. Maria – Jakarta