Semangat St. Angela dalam Pendidikan Ursulin

angela2Santa Angela tak pernah mengajar di sekolah. Angela tak pernah menjadi guru. Angela mendirikan Kompani Santa Ursula bukan untuk mengajar anak-anak puteri melainkan memberikan wadah kepada anak-anak gadis yang ingin membaktikan hidup mereka secara total kepada Tuhan dengan tetap tinggal ditengah-tengah masyarakat, tanpa harus memasuki biara, seperti biasanya dilakukan pada waktu itu.

Nilai-nilai yang diwariskan Santa Angela kepada para puterinya

Riwayat hidup Santa Angela dan terutama kata-katanya memberi gambaran kepada kita mengenai nilai-nilai yang merupakan konkretisasi sema­ngat Santa Angela. Tak lama sebelum wafatnya, Santa Angela mendiktekan gagasannya kepada seorang yang bernama Gabriel Cozzano. Gagasan tersebut dibagi dalam tiga bagian. Continue reading “Semangat St. Angela dalam Pendidikan Ursulin”

Seiring Sejalan Membahagiakan Anak Didik

rekoleksi-ortu(1)Orang tua Nana paling malas menghadiri undangan sekolah. Setiap kali ada pertemuan orang tua murid di sekolah, mereka berdalih ke luar kota. Sebagai gantinya, mereka mengutus salah satu pegawai kantor. Padahal, Nana menyimpan banyak masalah. Ia sering terlambat masuk kelas. Pada saat belajar, Nana kerap melamun.  Pandangan matanya menerawang jauh, seolah-olah ia tidak hadir di kelas. Akhir-akhir ini nilai ulangannya semakin banyak yang jeblok. Ia juga dijauhi teman-temannya lantaran malas, suka bertengkar, dan cuek-nya minta ampun! Telah beberapa kali sekolah memanggil orang tua Nana untuk membicarakan keadaan anaknya, namun tidak  digubris. Sampai akhirnya pada saat penerimaan rapor, mereka terkejut setengah mati karena Nana tidak naik kelas! Orang tua Nana tidak bisa terima bahwa anaknya tinggal kelas, karena mereka merasa sudah memenuhi kewajiban finansial. Mereka menyalahkan pihak sekolah dan menuduh guru-guru tidak serius dan tidak becus mendidik anaknya. Begitu kecewanya, sampai-sampai mereka mau menyewa pengacara untuk menggugat sekolah. Continue reading “Seiring Sejalan Membahagiakan Anak Didik”

Pendidikan Indonesia “Galilea” Bagi Serviam

picture-of-miraclesBila kita merujuk pada situs umum, maka di Wikipedia ada frasa menarik, yang disebutkan sebagai keunikan dari Ursulin “to integrate service into the learning process.”1 Kata “integrasi” menegaskan tidak adanya dualisme ataupun compartmental di dalamnya. Integrasi menguatkan betapa “Serviam” adalah nafas “kita” sebagai bagian dari Pendidikan Ursulin, sebagai manusia-manusia yang hidup, mengakar dan bertumbuh dan menjadi bagian bangsa Indonesia.

Karya Ursulin dalam Pendidikan tidak diragukan lagi telah berkontribusi secara positif dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Perjalanan panjang karya melalui sekolah-sekolah yang ada berjalan seiring dinamika yang terjadi di negeri ini. Upaya kecil untuk mengajak kita merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam Serviam sebagai keunikan Ursulin di Indonesia. Continue reading “Pendidikan Indonesia “Galilea” Bagi Serviam”

5 “Jalan Cinta”

misa-st-angelaArchimedes, sekitar tahun 200 SM, dipanggil Raja Hireon II, pemimpin Syracuse, Cicilia, Italia. Raja meminta Archimedes agar memeriksa kemurnian emas mahkotanya. Berhari-hari Archimedes merasa bingung kerena tak kunjung menemukan cara untuk mengukur volume mahkota raja.  Dalam kebingungannya ia berendam dalam  bak mandi yang penuh air. Seketika, ia mendapat pencerahan: “Bukankah volume air yang luber sama dengan volume tubuhku?” Dengan menemukan volume mahkota ia dapat menghitung massa jenis mahkota guna menjawab tantangan Raja. Ia segera meloncat dari bak mandi dan berlari kegirangan sambil berteriak-teriak, ’Eureka, eureka, eureka!’ (=sudah kutemukan!!). Continue reading “5 “Jalan Cinta””

Mengenali Zone Proximal Development untuk melibatkan siswa dalam belajar

ZPDSalah satu tantangan yang dihadapi oleh para guru ketika mengelola pembelajaran adalah meningkatkan keterlibatan siswa di dalam aktivitas belajar. Pada umumnya para guru menginginkan keterlibatan murid bukan hanya sekedar keterlibatan secara fisik tetapi juga keterlibatan secara mental. Tantangan pertama dimana para murid dikuasai oleh berbagai alat komunikasi, teknologi dan hiburan yang menarik indera penglihatan dan pendengaran mereka. Tantangan kedua muncul ketika para murid belum memiliki orientasi masa depan yang jelas sehingga tidak melihat manfaat nyata dari kegiatan belajar dan sekolah. Tantangan ketiga datang dari masyarakat dewasa ini yang lebih menghargai aspek-aspek material dan superfisial yang diperoleh secara cepat daripada suatu proses belajar yang memerlukan ketekunan dan waktu yang lama untuk bisa merasakan hasilnya. Continue reading “Mengenali Zone Proximal Development untuk melibatkan siswa dalam belajar”